Kamis, 30 Januari 2014

Resensi Novel


Judul Buku           : Lelaki, Gadis, dan Kopi Campur Garam
Penulis                 : Ara
Penerbit               : Citra Media Pustaka (Anggota IKAPI)
Kota Terbit           : Yogyakarta
Cetakan               : I, 2013
Jumlah Halaman : 292 halaman
ISBN                     : 978-602-7729-21-6

Buku ini dipenuhi dengan banyak kisah dan cerita yang memiliki banyak makna, 88 kisah paling inspiratif, dimana akan mengispirasikan setiap para pembaca dalam menghadapi kehidupan. Disini kalia akan melihat hidup dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda, dan apapu yang terjadi di dunia ini semua akan baik-baik saja. Dan apapun yang kalian inginkan, kalian pun sebenernya bisa untuk mendapatkannya.
            Kalian akan bisa memaafkan diri sendiri dan orang lain, bisa bersyukur, tidak pernah berhenti mengejar mimpi, meraih kebahagiaan, dan bahkan menyadari hal-hal indah di dunia seperti cinta, keajaiban, dan orang-orang terdekat kita.
            Jika kemudian kalian bisa tersenyum, menangis, dan terharu pada saat membaca buku ini, berarti kalian memang sudah mendapat ilhamnya. Karena buku ini, akan mengajak kalian belajar bersama dan memahami berbagai hal tentang:
·         Kesalahan dan Pemaafan
·         Kehilangan dan Melepaskan
·         Bersyukur dan Menerima
·         Keterbatasan dan Kegagalan
·         Alasan untuk Berhenti dan Menyerah
·         Keajaiban dan Berusaha Melampaui Batas
·         Kisah-kisah Pemimpi
·         Kita adalah Apa yang Kita Percayai
·         Mimpi, Keinginan, dan Masa Depan
·         Rahasia Kebahagiaan
·         Hal-hal Kecil dan Pengaruhnya
·         Hidup Bersama Orang Lain
·         Cinta dan Perasaan yang Menyertainya
·         Orang-orang Terdekat Kita
·         Tuhan dan Ajaran Kebaikan

            Ada salah satu cerita tentang “Biji Mustar”. Ada satu pasangan tua yang tinggal di pinggir desa. Mereka saling mencintai dan berbahagia hingga para penduduk desa pun ingin bisa jatuh cinta dan berbahagia seperti mereka. Kalaupun bertengkar, mereka bisa segera menyelesaikannya. Kalau ada masalah, mereka berkata dalam hati bahwa mereka mencintai satu sama lain. Jadi, pertengkaran mereka tidak pernah lama. Itu rersep mereka. Penduduk desa itu berpikir, biasanya, tidak semua orang ‘mau’ melakukannya karena ego mereka. Dua orang itu adalah pengecualian.
Pada suatu ketika, setelah 34 tahun mereka bersama, sang suami jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia. Anak-anak mereka pun mencoba menghibur sang ibu, tetapi tidak berhasil. Para tetangga pun melakukan hal serupa, dan tetap gagal. Minggu dan bulan berganti, sang istri terus meratap. Badanya bertambah kurus dan tidak terawat.
Lalu ada seorang asing yang dateng ke desa itu. Pada awalnya semuanya tidak terlalu menggubrisnya karena orang asing selalu datang dan pergi. Tetapi setelah beberapa lama, orang asing ini sangat menyenangkan. Orang-orang sering menanyakan kepadanya suatu masalah untuk diselesaikan. Hampir semuanya bisa diselelsaikannya dengan pendapat yang sangat bijak.
Setelah beberapa lama, penduduk desa mulai teringat perempuan tua itu yang masih meratap dan menceritakannya kepada orang asing bijak. Dia lalu mengunjungi wanita itu, duduk disana, dan berbincang penuh kehangatan. Si orang asing meminta si wanita bercerita tentang kesedihannya.
Si wanita kemudian mulai bercerita sambil berair mata, bahwa dia sangat merindukan suaminya. Sepertinya sangat tidak adil. Kenapa dia harus kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Kenapa dia harus menderita seperti ini? Kenapa dia tidak bisa lupa?
Orang asing tersebut bernjanji untuk membuat perasaan wanita tersebut lebih lega. Ini adalah obat paling manjur sedunia untui mengobati duka. Si waanita terkejut dan tertarik. Dia bertanya apa saja yang diperlukan? Dia akan membantu sebisanya.
Orang asing itu memberikan biji mustar kepada si wanita seraya berkata, “Datangilah setiap rumah di desa ini, tanyakan kepada setiap rumah apakah mereka pernah mengalami kesedihan atau tidak. Apakah mereka pernah kehilangan atau tidak. Berikan biji mustar ini kepada rumah yang tidak mengalami kesedihan dan kehilangan.”
Wanita itu bingung dan bertanya, “Setelah itu? Dan, obatnya?”
“Lakukan itu saja dulu, dan akan saya berikan obatnya setelah itu.”
Maka berangkatlah wanita itu dan menanyakan kesetiap rumah. Rumah pertama dia menerima jawaban, bahwa keluarga itu pernah kehilangan seorang anak. Anak itu seharusnya lahir, tapi meninggal sebelum dilahirkan. Rumah kedua pernah kehilangan seorang kakek yang sangat dicintai yang membuat mereka sedih bukan kepalang. Rumah ketiga bercerita sambil meneteskan air mata bahwa dia merindukan ayahnya yang meninggal dalam satu perang.
Wanita tersebut terus bertanya untuk bisa memberikan biji mustarnya. Tetapi sampai puluhan rumah yang dia datangi, tidak satupun biji mustarnya bisa diberikan. Dia malah melihat banyak sekali tangis di setiap rumah. Mereka pernah kehilangan, berair mata, berduka, tetapi sekarang mereka bisa melanjutkan hidupnya.
Pelan-pelan, dia mulai lupa tentang biji mustarnya. Dia mulai memperhatikan semua orang yang dikunjunginya. Ada keluarga yang ditinggal suami, lalu sang istri menunjuk anaknya sambil tersenyum bahagia. Anaknya lucu dan berlari kesana-kemari. Di bagian lain, ada keluarga yang bercerita tentang betapa menakjubkannya kakeknya ketika masih hidup. Wanita itu mendengar banyak cerita. Ikut tersenyum ketika melihat anak lucut, ikut terkagum dengan cerita orang-orang dahulu sebelum meninggal.
Selang berapa lama, wanita itu menemui kembali orang yang asing yang akan pergi meninggalkan desa sambil menggenggam biji mustarnya.
“Maaf, tidak ada biji mustar yang bisa kuberikan. Semuanya pernah mengalami kehilangan dan kesedihan. Ini saya kembalikan.”
Orang asing itu menjawab, “Itu obatnya. Kamu sudah pulih dari dukamu. Kamu harus keluar dan melihat dunia lain bahwa tidak peduli seberapa meratapnya seseorang ketika kehilangan, dunia masih berjalan. Orang-orang masih tersenyum, bayi-bayi masih lahir, matahari dan hujan bergantian mengguryur bumi, masih banyak tawa di sana-sini. Yang harus dilakukan adalah keluar dan melihat semuanya. Meratap tidak pernah membuat hati menjadi lebih baik.”
*****
“Kenapa aku?” adalah pertanyaan yang bodoh sekali. Karena di dunia ini, tidak hanya satu orang yang mengalami kehilangan atau sebuah ujian. Semua orang mengalaminya, cepat atau lambat. Maka, jangan terlalu meratapinya.
Apa tidak boleh bersedih? Tentu saja boleh. Tapi secukupnya. Jangan meratap. Perasaan sedih itu hal yang wajar. Tetapi dunia juga terus berjalan. Selama kita meratap, kita akan ketinggalan. Meratap tidak pernah membawa kembali apa yang sudah hilang.meratap tidak pernah membawa kebahagiaan. Meratap hanya membuat kesedihan kita semakin terpuruk jauh lebih dalam.
Jadi ketika kehilangan, bersedihlah secukupnya, lalu terima, dan kembali berjalan. Jangan hanya diam, pikirkan dan lakukan sesuatu. Lakukan saja.

Itu salah satu kisah dari 88 kisah yang terdapat dalam buku ini.

Kelebihan :
Kelebihan buku ini adalah menginspirasi para pembaca agar bisa mengubah cara pandang hidupnya, serta dapat memotivasi.

Kelemahan :
Kelemahan dari buku ini adalah agak sedikit membosankan karena terlalu banyak ceritanya sampai 88 kisah cerita yang terdapat di buku ini, dan ada beberapa cerita yang sulit untuk dipahami apa maksudnya.


Terimakasih sudah mau membaca blog saya tentang resensi buku ini J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar