Judul Buku :
Lelaki, Gadis, dan Kopi Campur Garam
Penulis :
Ara
Penerbit :
Citra Media Pustaka (Anggota IKAPI)
Kota Terbit :
Yogyakarta
Cetakan :
I, 2013
Jumlah Halaman : 292 halaman
ISBN :
978-602-7729-21-6
Buku ini dipenuhi dengan
banyak kisah dan cerita yang memiliki banyak makna, 88 kisah paling inspiratif,
dimana akan mengispirasikan setiap para pembaca dalam menghadapi kehidupan.
Disini kalia akan melihat hidup dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda,
dan apapu yang terjadi di dunia ini semua akan baik-baik saja. Dan apapun yang
kalian inginkan, kalian pun sebenernya bisa untuk mendapatkannya.
Kalian
akan bisa memaafkan diri sendiri dan orang lain, bisa bersyukur, tidak pernah
berhenti mengejar mimpi, meraih kebahagiaan, dan bahkan menyadari hal-hal indah
di dunia seperti cinta, keajaiban, dan orang-orang terdekat kita.
Jika
kemudian kalian bisa tersenyum, menangis, dan terharu pada saat membaca buku
ini, berarti kalian memang sudah mendapat ilhamnya. Karena buku ini, akan
mengajak kalian belajar bersama dan memahami berbagai hal tentang:
·
Kesalahan dan Pemaafan
·
Kehilangan dan Melepaskan
·
Bersyukur dan Menerima
·
Keterbatasan dan Kegagalan
·
Alasan untuk Berhenti dan Menyerah
·
Keajaiban dan Berusaha Melampaui Batas
·
Kisah-kisah Pemimpi
·
Kita adalah Apa yang Kita Percayai
·
Mimpi, Keinginan, dan Masa Depan
·
Rahasia Kebahagiaan
·
Hal-hal Kecil dan Pengaruhnya
·
Hidup Bersama Orang Lain
·
Cinta dan Perasaan yang Menyertainya
·
Orang-orang Terdekat Kita
·
Tuhan dan Ajaran Kebaikan
Ada
salah satu cerita tentang “Biji Mustar”. Ada satu pasangan tua yang tinggal di
pinggir desa. Mereka saling mencintai dan berbahagia hingga para penduduk desa
pun ingin bisa jatuh cinta dan berbahagia seperti mereka. Kalaupun bertengkar,
mereka bisa segera menyelesaikannya. Kalau ada masalah, mereka berkata dalam
hati bahwa mereka mencintai satu sama lain. Jadi, pertengkaran mereka tidak
pernah lama. Itu rersep mereka. Penduduk desa itu berpikir, biasanya, tidak
semua orang ‘mau’ melakukannya karena ego mereka. Dua orang itu adalah
pengecualian.
Pada suatu ketika, setelah 34 tahun mereka
bersama, sang suami jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia. Anak-anak
mereka pun mencoba menghibur sang ibu, tetapi tidak berhasil. Para tetangga pun
melakukan hal serupa, dan tetap gagal. Minggu dan bulan berganti, sang istri
terus meratap. Badanya bertambah kurus dan tidak terawat.
Lalu ada seorang asing yang dateng ke desa
itu. Pada awalnya semuanya tidak terlalu menggubrisnya karena orang asing
selalu datang dan pergi. Tetapi setelah beberapa lama, orang asing ini sangat
menyenangkan. Orang-orang sering menanyakan kepadanya suatu masalah untuk
diselesaikan. Hampir semuanya bisa diselelsaikannya dengan pendapat yang sangat
bijak.
Setelah beberapa lama, penduduk desa mulai
teringat perempuan tua itu yang masih meratap dan menceritakannya kepada orang
asing bijak. Dia lalu mengunjungi wanita itu, duduk disana, dan berbincang
penuh kehangatan. Si orang asing meminta si wanita bercerita tentang
kesedihannya.
Si wanita kemudian mulai bercerita sambil
berair mata, bahwa dia sangat merindukan suaminya. Sepertinya sangat tidak
adil. Kenapa dia harus kehilangan seseorang yang sangat dicintainya. Kenapa dia
harus menderita seperti ini? Kenapa dia tidak bisa lupa?
Orang asing tersebut bernjanji untuk membuat
perasaan wanita tersebut lebih lega. Ini adalah obat paling manjur sedunia
untui mengobati duka. Si waanita terkejut dan tertarik. Dia bertanya apa saja
yang diperlukan? Dia akan membantu sebisanya.
Orang asing itu memberikan biji mustar kepada
si wanita seraya berkata, “Datangilah setiap rumah di desa ini, tanyakan kepada
setiap rumah apakah mereka pernah mengalami kesedihan atau tidak. Apakah mereka
pernah kehilangan atau tidak. Berikan biji mustar ini kepada rumah yang tidak
mengalami kesedihan dan kehilangan.”
Wanita itu bingung dan bertanya, “Setelah
itu? Dan, obatnya?”
“Lakukan itu saja dulu, dan akan saya berikan
obatnya setelah itu.”
Maka berangkatlah wanita itu dan menanyakan
kesetiap rumah. Rumah pertama dia menerima jawaban, bahwa keluarga itu pernah
kehilangan seorang anak. Anak itu seharusnya lahir, tapi meninggal sebelum
dilahirkan. Rumah kedua pernah kehilangan seorang kakek yang sangat dicintai
yang membuat mereka sedih bukan kepalang. Rumah ketiga bercerita sambil
meneteskan air mata bahwa dia merindukan ayahnya yang meninggal dalam satu
perang.
Wanita tersebut terus bertanya untuk bisa
memberikan biji mustarnya. Tetapi sampai puluhan rumah yang dia datangi, tidak
satupun biji mustarnya bisa diberikan. Dia malah melihat banyak sekali tangis
di setiap rumah. Mereka pernah kehilangan, berair mata, berduka, tetapi
sekarang mereka bisa melanjutkan hidupnya.
Pelan-pelan, dia mulai lupa tentang biji
mustarnya. Dia mulai memperhatikan semua orang yang dikunjunginya. Ada keluarga
yang ditinggal suami, lalu sang istri menunjuk anaknya sambil tersenyum bahagia.
Anaknya lucu dan berlari kesana-kemari. Di bagian lain, ada keluarga yang
bercerita tentang betapa menakjubkannya kakeknya ketika masih hidup. Wanita itu
mendengar banyak cerita. Ikut tersenyum ketika melihat anak lucut, ikut
terkagum dengan cerita orang-orang dahulu sebelum meninggal.
Selang berapa lama, wanita itu menemui
kembali orang yang asing yang akan pergi meninggalkan desa sambil menggenggam
biji mustarnya.
“Maaf, tidak ada biji mustar yang bisa
kuberikan. Semuanya pernah mengalami kehilangan dan kesedihan. Ini saya
kembalikan.”
Orang asing itu menjawab, “Itu obatnya. Kamu sudah
pulih dari dukamu. Kamu harus keluar dan melihat dunia lain bahwa tidak peduli
seberapa meratapnya seseorang ketika kehilangan, dunia masih berjalan. Orang-orang
masih tersenyum, bayi-bayi masih lahir, matahari dan hujan bergantian
mengguryur bumi, masih banyak tawa di sana-sini. Yang harus dilakukan adalah
keluar dan melihat semuanya. Meratap tidak pernah membuat hati menjadi lebih
baik.”
*****
“Kenapa aku?” adalah pertanyaan yang bodoh
sekali. Karena di dunia ini, tidak hanya satu orang yang mengalami kehilangan
atau sebuah ujian. Semua orang mengalaminya, cepat atau lambat. Maka, jangan
terlalu meratapinya.
Apa tidak boleh bersedih? Tentu saja boleh. Tapi
secukupnya. Jangan meratap. Perasaan sedih itu hal yang wajar. Tetapi dunia
juga terus berjalan. Selama kita meratap, kita akan ketinggalan. Meratap tidak
pernah membawa kembali apa yang sudah hilang.meratap tidak pernah membawa
kebahagiaan. Meratap hanya membuat kesedihan kita semakin terpuruk jauh lebih
dalam.
Jadi ketika kehilangan, bersedihlah
secukupnya, lalu terima, dan kembali berjalan. Jangan hanya diam, pikirkan dan
lakukan sesuatu. Lakukan saja.
Itu salah satu kisah dari 88 kisah yang
terdapat dalam buku ini.
Kelebihan
:
Kelebihan buku ini adalah menginspirasi para
pembaca agar bisa mengubah cara pandang hidupnya, serta dapat memotivasi.
Kelemahan
:
Kelemahan dari buku ini adalah agak sedikit
membosankan karena terlalu banyak ceritanya sampai 88 kisah cerita yang
terdapat di buku ini, dan ada beberapa cerita yang sulit untuk dipahami apa
maksudnya.
Terimakasih sudah mau membaca blog saya
tentang resensi buku ini J
0 komentar:
Posting Komentar